Bisyarah itu Nyata



Oleh : Yuliyati Sambas
Pegiat literasi Komunitas Penulis Bela Islam

20 Jumadal Ula 857 H adalah saksi bahwa bisyarah nubuwwah (kabar gembira kenabian) itu nyata. Kala itu seorang sultan yang memiliki keyakinan penuh akan janji Allah, juga pada kabar yang senantiasa disampaikan oleh junjungan teladan utamanya yakni Rasulullah Saw. telah berhasil membuktikan kepada dunia terkait bisyarah indah dari kekasih-Nya. Rasulullah saw pernah bersabda berabad sebelumnya,

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)

Sekitar delapan abad lamanya sejak Rasulullah bersabda terkait bisyarah tersebut kaum muslimin senantiasa bersemangat dalam mewujudkan dan meggenggam apa yang dikabarkan oleh Nabi Saw. Hingga Allah mengabulkan impian umat Islam tersebut melalui kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih, pemimpin ketujuh dari Daulah Utsmaniyah. Sejarah menceritakan bahwa Muhammad al-Fatih adalah seorang yang saleh. Sedari kecil ia senantiasa mendapat gemblengan dari sisi aqliyah (pola fikir) dan nafsiyah (pola sikap) Islamiyah yang lurus. Bahkan sejak balig sejarah mencatat bahwa al-Fatih tak pernah meninggalkan setiap kewajiban sebagai hamba dan senantiasa bersemangat dalam menjalankan ibadah dan syariat yang sunah. Setelah diangkat menjadi sultan, al-Fatih langsung melanjutkan cita-cita yang senantiasa diimpikan oleh para pendahulunya untuk terjun langsung dalam penaklukan Konstantinopel.

Kemenangan atas kaum muslimin untuk menduduki Konstantinopel menjadi bagian dari wilayah yang berada di bawah pangkuan Islam pun pada akhirnya terjadi dalam dunia nyata. Melalui pintu Edirne, pasukan Sultan Mehmet II (Muhammad Al-Fatih) berhasil membebaskan Konstantinopel dari tangan kaisar Constantine XI Paleogus. Sebelumnya ia telah sempurnakan teladan dari kekasih-Nya yang mulia dengan mengirimi surat berupa ajakan dan pengenalan terhadap syariat Rabb semesta alam atau menyerahkan Konstantinopel secara damai. Namun penguasa Konstantinopel saat itu menolak kedua opsi tersebut dan lebih memilih untuk berperang. Maka meletuslah peperangan yang dalam catatan sejarah terjadi demikian heroik.

Jika merunut sejarah, di saat Rasulullah mengabarkan terkait berita gembira tersebut, saat itu kaum muslimin tengah berada pada posisi genting. Mereka sedang harap-harap cemas dalam mempersiapkan parit sebagai strategi untuk menghadapi pasukan koalisi Bangsa Quraisy pada peperangan Ahzab.

Lalu dalam riwayat lain, salah seorang sahabat Nabi, Abu Qubail bercerita, “Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya, ‘Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma?’ Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Lalu ia berkata, ‘Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau ditanya: ‘Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel’.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)

Merujuk pada hamparan sejarah betapa bisyarah pertama berupa kemenangan kaum muslimin atas Konstantinopel telah dizahirkan dengan sempurna di masa Sultan Muhammad al-Fatih. Maka berikutnya tentu sebagai kaum muslimin dengan kekuatan iman yang penuh akan bertanya ‘tak rindukah kita dengan bisyarah Rasulullah Saw. yang kedua?’ berupa dibebaskannya kota Roma. Ini tentu menjadi pemantik semangat bagi kita kaum muslimin yang hidup di masa kini, dimana Roma pada faktanya hingga kini sepenuhnya belum berada di bawah kekuasaan Islam.

Meski kita sadari bahwa kini kaum muslimin tengah berada di posisi yang sangat jauh dari kemuliaan. Karena ketiadaan junnah (perisai) sebagai pelindung yakni kepemimpinan khilafah Islam. Umat berada pada posisi bercerai-berai. Teracuni oleh virus yang bernama nasionalisme yang dijajakan oleh para penjajah Barat. Untuk menghancurkan kekuatan umat, hingga menjadikan kaum muslimin tak memiliki kekuatan untuk meraih bisyarah indah dari kekasih-Nya.

Namun kembalilah pada kekuatan iman, yakinlah sepenuh hati, betapa dahulu pun bisyarah pertama berupa terengkuhnya Konstantinopel dalam dekapan Islam telah terbukti demikian gemilang. Maka kini saatnya kita, kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia untuk meraih bisyarah kedua yakni tergenggamnya Roma. Tentu dengan mengupayakan terlebih dahulu tegaknya institusi pemersatu umat. Dalam rangka mengerahkan semua potensi kaum muslimin untuk meraih bisyarah yang dirindu. Ia adalah Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Sebagaimana firman Allah,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur ayat 55) 

Melalui janji-Nya (wa'dullah) yang mustahil tersalah dan bisyarah nabi-Nya kita raih kemenangan berupa tegaknya Daulah Khilafah Rasyidah. Yang dengannya Islam dan kaum muslimin akan meraih kemuliaan di dunia hingga akhirat.

Wallahu a’lam bi ash-shawab

Post a Comment

[blogger]

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.