Kisruh Bantuan Beras Plastik

Oleh: NR Tambunan

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin inilah pribahasa yang mampu menggambarkan kondisi masyarakat miskin di Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Sumenep, Madura. Mereka menerima Bantuan Pangan Non Tunai berupa beras yang ternyata adalah beras plastik. Beberapa warga bahkan sempat sakit perut dan mengalami diare akibat mengkonsumsi beras palsu ini.
Meski Kepala Dinas Sosial Sumenep sudah menegaskan bahwa supplier beras harus bertanggung jawab (detikcom, 15/1/2020), namun pada kenyataannya masyarakat sudah terlanjur menelan pil pahit.
Di tengah kondisi kemiskinan yang dialami oleh masyarakat, ternyata ada yang tega menarik keuntungan. Menipu rakyat miskin demi meraup pundi- pundi. Rela menari di atas penderitaan orang lain. Sungguh memprihatinkan. Masyarakat yang dalam kondisi terdesak, mana mungkin mampu berpikir jernih. Mereka mau tak mau menerima bantuan yang memang mereka butuhkan itu. Meskipun berakhir nahas.
Beredarnya beras plastik ini menunjukkan betapa lemahnya pengawasan negara terhadap apa yang layak dan dapat dikonsumsi masyarakat. Masyarakat miskin tak punya pilihan selain menerima bantuan apapun dari pemerintah. Padahal bantuan itu sendiri tidak dicek kelayakannya.
Entah supplier atau siapapun yang berada pada rantai pendistribusian beras bantuan tersebut, semestinya mendapatkan ganjaran setimpal atas kelalaiannya. Pemerintah harus menyelidiki penipuan ini dengan serius. Sebagai pelayan masyarakat, sudah selayaknyalah pemerintah memberikan jaminan terselesaikannya kasus ini. Penegakkan hukum dan pengawasan yang maksimal harus diupayakan dengan seksama.
Pemerintah telah berusaha menyelesaikan kasus ini dengan menjalankan perangkat pemerintahan yang ada, Namun dalam upayanya menjalankan fungsinya sebagai pelayan yang mengurusi urusan rakyat dengan baik, berbagai kendala senantiasa menyeruak. Hal ini tak dapat dipungkiri akan selalu muncul apabila perangkat aturan yang ada belum menyentuh akar permasalahan.
Rakyat membutuhkan solusi yang benar-benar dapat menyelesaikan kemiskinan secara tuntas. Bantuan demi bantuan yang bersifat konsumtif harus dihentikan apabila ingin menyelesaikan kemiskinan. Jika tidak, maka justru akan dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab seperti pada kasus beras plastik ini.
Mari kita menilik sejarah pada saat Khalifah Umar bin Khattab menjadi penguasa. Beliau pernah mengangkut dan memasakkan makanan dengan tangannya sendiri untuk seorang ibu dan anak-anaknya yang kelaparan. Berkaca pada Khalifah yang fenomenal ini, kita mendapati bahwa aturan yang diterapkan pada saat Umar menjadi Khalifah berbeda dengan yang diterapkan saat ini. JIka saja pemerintah mau mengikuti apa yang diterapkan oleh Khalifah Umar, maka niscaya permasalahan seperti kemiskinan dan penipuan beras plastik ini akan selesai.
Pemerintah akan mampu menghancurkan semua permasalahan yang ada hingga ke akar-akarnya, pada saat aturan yang diterapkannya tidak lagi mengikuti hawa nafsu manusia.
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Demikianlah janji Allah pada orang-orang yang menerapkan aturan Allah di muka bumi. Jika menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, niscaya keberkahan akan melimpah ruah kepada negeri ini. Wallahualam

Post a Comment

[blogger]

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.